BAHAYA DAN BENCANA

BAHAYA DAN BENCANA

Pengantar Tentang Bahaya dan Istilah-istilah Bencana

Definisi bahaya

Bahaya adalah kejadian yang jarang atau ekstrim dari lingkungan karena ulah manusia atau karena alam yang secara merugikan mempengaruhi kehidupan manusia, properti atau aktivitas pada tingkat yang menyebabkan satu bencana.

Definisi bencana

Bencana adalah gangguan yang serius dari berfungsinya satu masyarakat, yang menyebabkan kerugian-kerugian yang besar terhadap lingkungan, material dan manusia, yang melebihi kemampuan dari masyarakat yang tertimpa bencana untuk menanggulangi dengan hanya menggunakan sumber-sumber daya masyarakat itu sendiri. Bencana sering diklasifikasikan sesuai dengan cepatnya serangan bencana tersebut (secara tiba-tiba atau perlahan-lahan), atau sesuai dengan penyebab bencana itu (secara alami atau karena ulah manusia).

Definisi dari fenomena alam

Fenomena alam adalah proses klimatologis, hydrologis, atau ekologis yang ekstrim yang tidak menempatkan ancaman apapun terhadap orang-orang atau properti. Satu gempa bumi yang dahsyat pada satu area yang tidak berpenghuni, sebagai contoh, adalah satu fenomena alam, bukan satu bahaya.

Definisi emergensi

Satu bencana mungkin dianggap sebagai satu tipe khusus dari satu emergensi. “Bencana”, menunjuk pada satu periode waktu yang intens dan tingkat urgensi tertentu. Jika bencana terikat oleh satu periode khusus di mana kehidupan dan properti yang berharga seketika berada pada tingkat bahaya, satu emergensi dapat mencakup periode yang lebih umum di mana :

  1. terdapat penurunan yang jelas dan nyata dari kemampuan penanganan satu kelompok atau satu masyarakat, atau

  2. kemampuan-kemampuan penanganan hanya bersifat bertahan karena adanya inisiatif-inisiatif kelompok atau masyarakat atau karena intervensi dari luar.

Problem bencana

Bagian ini akan menerangkan fenomena-fenomena tertentu yang mengakibatkan bencana dan emergensi-emergensi: tren-tren bencana, di mana bencana-bencana itu terjadi dan siapa yang paling terpengaruh oleh bencana-bencana itu.

Bencana dan emergensi adalah refleksi-refleksi mendasar dari kehidupan yang normal. Bencana adalah konsekuensi-konsekuensi dari cara-cara masyarakat membangun diri mereka sendiri, secara ekonomi dan sosial; cara-cara di mana masyarakat dan negara berinteraksi; dan cara-cara di mana hubungan antara para pembuat keputusan dilakukan. Dengan demikian, satu banjir atau gempa bumi bukanlah satu bencana dalam dan dari dirinya sendiri.

Bencana muncul dari fakta bahwa komunitas-komunitas atau kelompok-kelompok tertentu terpaksa untuk menetap di area-area yang rentan terhadap dampak dari sungai yang mengamuk atau letusan gunung berapi. Penting untuk membuat satu perbedaan antara bahaya dan bencana, dan untuk mengenali pengaruh dari bahaya terhadap bencana adalah tolok ukur yang penting untuk mengetahui kerentanan masyarakat. Kerentanan dilihat sebagai gerak maju dari tiga tahapan:

  1. Penyebab-penyebab yang mendasari: sekumpulan faktor-faktor yang sudah mengakar dalam masyarakat yang secara bersama-sama membentuk dan menjaga kerentanan.
  2. Tekanan-tekanan yang dinamis: satu proses perubahan yang memungkinkan penyebab negatif masuk ke dalam kondisi-kondisi yang tidak aman; proses ini disebabkan mungkin karena kurangnya pelayanan-pelayanan atau fasilitas dasar atau mungkin sebagai akibat dari serangkaian kekuatan makro.
  3. Kondisi-kondisi tidak aman: konteks kerentanan di mana orang-orang atau properti terbuka terhadap resiko bencana; lingkungan fisik yang mudah rusak adalah satu bagian; faktor-faktor lain mencakup ekonomi yang tidak stabil dan tingkat pendapatan yang rendah.

Faktor-faktor sebab akibat bencana

kemiskinan

Pengaruh tunggal yang sangat penting terhadap dampak dari satu bencana adalah kemiskinan. Semua faktor yang lain dapat dikurangi jika populasi yang terkena pengaruh tidak juga dibatasi oleh kemiskinan. Pada spektrum yang luas dari bencana, kemiskinan pada umumnya menjadikan orang rentan terhadap dampak bahaya. Kemiskinan menjelaskan mengapa orang-orang di daerah-daerah perkotaan terpaksa hidup di atas bukit-bukit yang cenderung terkena bencana tanah longsor, atau mengapa orang-orang tinggal di dekat gunung berapi atau sungai-sungai yang selalu membanjiri pinggirannya. Kemiskinan menerangkan mengapa kekeringan meminta petani-petani miskin sebagai korban dan jarang sekali terhadap yang kaya, dan mengapa kelaparan lebih sering dari pada tidak, adalah akibat dari kurangnya daya beli untuk membeli makanan dibandingkan dengan tidak adanya makanan. Secara meningkat, kemiskinan juga menerangkan mengapa banyak orang dipaksa untuk pindah dari rumah mereka ke bagian-bagian lain dari negara mereka atau bahkan menyeberangi perbatasan-perbatasan untuk bisa bertahan hidup. Migrasi yang disebabkan karena krisis seperti itu menempatkan tantangan-tantangan yang besar baik yang terkait dengan bantuan yang bersifat segera sampai pada mereka yang harus dipindahkan dan pembangunan yang berjangka lebih lama.

Pertumbuhan Penduduk

Terdapat hubungan yang jelas antara meningkatnya kerugian-kerugian dari satu bencana dan meningkatnya populasi. Jika ada lebih banyak orang atau bangunan di mana satu bencana terjadi, kemudian hal ini memberi kemungkinan akan adanya lebih banyak pengaruh. Pertumbuhan populasi sudah sebegitu spektakuler sehingga tidak bisa dihindari lagi bahwa lebih banyak orang akan terkena pengaruh dari bencana karena lebih banyak akan dipaksa untuk hidup dan bekerja di daerah-daerah yang tidak aman. Bertambahnya jumlah penduduk akan menimbulkan perebutan jumlah sumber daya yang terbatas (seperti, kesempatan kerja, dan lahan) yang dapat menyebabkan terjadinya konflik. Konflik ini bisa menyebabkan migrasi yang disebabkan karena krisis. Pertumbuhan semacam itu muncul terutama sekali di negara-negara yang sedang berkembang, yang menyebabkan berbagai faktor pendorong terhadap bencana-bencana.

Urbanisasi Yang Cepat

Migrasi dan pertumbuhan penduduk yang cepat terkait dengan phenomena besar dari urbanisasi yang cepat. Proses ini juga dipercepat di negara-negara yang sedang berkembang. Hal ini dicirikan dengan penduduk pedesaan yang miskin atau kaum sipil di satu daerah konflik yang pindah ke daerah-daerah metropolitan untuk mencari peluang-peluang ekonomi dan keamanan. Jumlah yang banyak sekali dari penduduk kota yang miskin yang secara meningkat mendapatkan pilihan-pilihan yang lebih sedikit terhadap tersedianya tempat-tempat yang aman dan diminati untuk membangun rumah-rumah mereka. Lagi-lagi, terjadi kompetisi untuk sumber-sumber daya yang sudah jarang, konsekuensi yang tidak bisa dielakkan lagi dari urbanisasi yang cepat, dapat membawa ke bencana-bencana ciptaan manusia. Banyak tanah longsor atau bencana-bencana banjir terkait erat dengan urbanisasi yang cepat dan tidak terkendalikan yang memaksa keluarga-keluarga berpenghasilan rendah untuk menetap pada lereng-lereng bukit yang terjal atau jurang-jurang, atau sepanjang tepian-tepian sungai yang cenderung mengalami banjir.

Transisi Di Dalam Prektek – prektek Kultural

Banyak perubahan-perubahan yang tidak terelakan yang terjadi di semua masyarakat menyebabkan peningkatan kerentanan masyarakat terhadap bencana. Secara jelas, semua masyarakat secara konstan berubah dan dalam satu keadaan transisi yang terus-menerus. Transisi-transisi ini seringkali sangat merusak dan tidak adil, yang menimbulkan gap pada mekanisme penanggulangan dan teknologi. Transisi-transisi ini mencakup populasi nomaden yang menjadikan penduduk pedesaan yang hidup menetap pindah ke daerah-daerah perkotaan, dan baik orang-orang pedesaan maupun perkotaan yang pindah dari satu tingkat ekonomi ke tingkat ekonomi yang lain. Secara lebih luas, contoh-contoh ini adalah perpindahan umum dari masyarakat non-industri ke masyarakat industri. Benturan dan praktek-praktek transisi kultural dapat juga mengakibatkan konflik sipil, sebagai contoh, sebagai akibat dari kekerasan umum yang dipicu oleh perbedaan-perbedaan agama.

Degradasi Lingkungan

Banyak bencana disebabkan atau diperburuk oleh degradasi lingkungan. Penggundulan hutan menyebabkan arus air atas yang cepat, yang ikut berpenan terhadap terjadinya banjir. Rusaknya rawa-rawa bakau menurunkan kemampuan baris pantai untuk menahan angin tropis dan gelombang badai.

Kekurangan Kesadaran Informasi

Bencana-bencana dapat juga terjadi karena orang-orang yang rentan terhadap bahaya-bahaya itu memang tidak tahu bagaimana lepas dari cara yang merusak itu atau mengambil tindakan-tindakan perlindungan. Ketidaktahuan ini seharusnya tidak menjadi satu fungsi dari kemiskinan, tetapi kurangnya kesadaran atas tindakan-tindakan apa yang dapat dilakukan untuk mendirikan bangunan-bangunan yang aman di lokasi-lokasi yang aman juga. Barangkali sebagian orang tidak tahu tentang rute-rute evakuasi dan prosedur-prosedur yang aman. Penduduk lain mungkin tidak tahu di mana meminta bentuan pada saat mengalami tekanan yang berat. Meskipun demikian, poin ini tidak harus digunakan sebagai pembenaran untuk mengabaikan mekanisme penanggulangan dari sebagian besar orang yang tertimpa bencana tersebut. Di sebagian besar masyarakat yang rentan terhadap bencana, terdapat banyak pemahaman tentang respon dan tantangan terhadap bahaya. Pemahaman ini harus dimasukkan ke dalam setiap upaya untuk memberikan bantuan dari luar.

Perang dan Kerusuhan Sipil

Perang dan perselisihan sipil terjadi sering kali sebagai akibat dari orang-orang yang terusir, satu sasaran populasi dari program pelatihan ini. Faktor-faktor sebab dan akibat dari perang dan perselisihan sipil mencakup kompetisi untuk memperebutkan sumber-sumber daya yang sudah langka, kurangnya toleransi terhadap agama atau etnis, dan perbedaan-perbedaan idiologis. Banyak dari hal ini merupakan produk sampingan dari enam faktor sebab-akibat bencana sebelumnya.

Peran Bank Dunia dalam kenaikan harga BBM di Indonesia

Peran Bank Dunia dalam kenaikan harga BBM di Indonesia

Kekecewaan sebagian masyarakat Indonesia terkait dengan kenaikan harga BBM pada akhir Mei lalu belum sepenuhnya mereda. Namun, hal itu tak menyurutkan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) untuk mengusulkan kembali kenaikan harga BBM hingga sesuai dengan harga pasar.

Dalam running text yang ditayangkan sebuah televisi swasta nasional belum lama ini disebutkan bahwa Bappenas mengusulkan agar pada 2009 pemerintah dapat menaikan harga BBM secara bertahap dalam setiap bulannya hingga sesuai dengan harga BBM di pasar dunia.

Apabila dikaji lebih jauh usulan Bappenas itu sejatinya tidak terkait langsung dengan upaya penghematan energi fosil, tetapi terkait erat dengan upaya mengejar target pemenuhan kominten kebijakan yang harus dibuat pemerintah setelah menerima pinjaman dari Bank Dunia.

Pada 2003 pemerintah menerima pinjaman Bank Dunia untuk membiayai proyek Java Bali Power Sector Restructuring and Strengthening. Menurut dokumen Bank Dunia, proyek tersebut bertujuan mendukung pemerintah Indonesia dalam usahanya menghilangkan subsidi BBM secara bertahap (KAU, 2008).

Campur tangan Bank Dunia tersebut semakin tampak dari pernyataan Joachim von Amsberg, Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia pada dua hari setelah kenaikan harga BBM. Menurut dia, kenaikan harga BBM sebesar 28,7% cukup kompatibel dengan anggaran pemerintah.

Perparah kemiskinan

Padahal upaya penyesuaian harga BBM dengan harga pasar dunia dipastikan semakin memukul kehidupan rakyat. Betapa tidak? Pada saat pendapatan sebagian masyarakat kita masih tergolong rendah tetapi harus dipaksa membeli harga BBM sesuai dengan harga pasar. Untuk mengikuti kemauan Bank Dunia itulah, selama berkuasa pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla sudah tiga kali menaikkan harga BBM.

Akibatnya, angka kemiskinan di negeri ini pun bertambah. Sebuah penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) secara jelas menyatakan bahwa jumlah penduduk miskin pada 2008 ini akan bertambah 4,5 juta orang akibat kenaikan harga BBM. Total orang miskin diperkirakan akan mencapai 41,7 juta jiwa atau 21,92% dari total penduduk, jauh lebih tinggi daripada perkiraan pemerintah sebesar 14,8%-15%.

Hal itu diperkuat dengan kenyataan empiris di lapangan, tidak lama berselang setelah kenaikan BBM harga sayuran di pasar-pasar tradisional di Jakarta pun mulai naik. Tomat, yang sebelumnya dijual Rp4.000 per kilogram menjadi Rp5.000 per kilogram, sedangkan

cabai merah yang semula Rp15.000 per kilogram menjadi Rp18.000 per kilogram mulai merangkak naik.

Bukan hanya di Jakarta, melainkan juga di Semarang sebagian nelayan Kampung Tambaklorok, Kota Semarang, Jawa Tengah, mulai berhenti mencari ikan sejak beberapa hari lalu setelah pemerintah menaikkan harga BBM. Mereka tidak mampu menutup biaya operasional melaut yang naik hingga 50%.

Untuk meredam keresahan masyarakat akibat semakin lemahnya daya beli mereka terhadap kebutuhan sehari-hari tersebut, pemerintah menyalurkan bantuan langsung tunai (BLT) sebesar Rp100.000 per bulannya. Uang sebesar itu pun dipastikan tidak akan memadai di tengah naiknya kebutuhan harga barang-barang akibat kenaikan harga BBM.

Terlepas dari mencukupi atau tidaknya BLT yang disalurkan pemerintah, jika dicermati secara lebih jauh program BLT sejatinya juga mengadopsi paradigma sistem ekonomi-politik neoliberal yang gencar dipromosikan oleh Bank Dunia, ADB, dan IMF di negeri ini.

Para penganjur sistem neoliberal sadar bahwa penerapan sistem ini akan memukul kelompok miskin. Namun, mereka yakin bahwa dampak buruk penerapan sistem ini akan bersifat sementara. Lama kelamaan masyarakat miskin akan mampu beradaptasi dengan sistem ini. Untuk mengatasai dampak buruk yang menurut mereka bersifat sementara itu, negara harus memberikan bantuan bagi kelompok miskin agar dalam waktu singkat dapat beradaptasi dengan sistem neoliberal tersebut (Reclaiming Development: An Alternative Economic Policy Manual, 2004).

Sistem neoliberal sendiri diciptakan untuk melucuti peran negara dalam mengatur ekonomi. Menurut sistem ini, pengaturan ekonomi seharusnya diserahkan kepada korporasi melalui mekanisme pasar. Sektor energi adalah salah satu pintu masuk bagi upaya meliberalkan sistem ekonomi dan politik di Tanah Air.

Jika sektor ini sudah diserahkan secara bulat-bulat kepada mekanisme pasar maka sektor lainnya, seperti pangan dan pendidikan akan lebih mudah untuk diserahkan pada mekanisme serupa.

Untuk itulah, pemerintah harus lebih berhati-hati terhadap usulan Bank Dunia melalui Bappenas yang menginginkan harga energi disesuaikan dengan harga pasar. Dampak sosial di masyarakat harus diperhitungkan oleh pemerintah sebelum menerima secara bulat-bulat usulan tersebut.

Memang tidak dapat dipungkiri pula bahwa konsumsi BBM di negeri ini sangat tinggi sehingga mengharuskan pemerintah untuk merogoh koceknya guna membiayai impor BBM. Namun, kondisi itu tidak bisa membenarkan munculnya kebijakan menaikkan harga BBM hingga sesuai dengan harga pasar.

Pemerintah masih mampu mengupayakan kebijakan untuk mengerem laju konsumsi BBM di dalam negeri, misalnya pembatasan penggunaan kendaraan bermotor pribadi yang diimbangi dengan pembangunan infrastruktur transportasi publik.

Namun, tampaknya kebijakan seperti itu justru tidak pernah muncul, pemerintah lebih suka menuruti keinginan Bank Dunia seperti yang telah disampaikan oleh Bappenas. Rupanya pujian dari Bank Dunia lebih memikat hati para pengambil kebijakan di negeri ini dibandingkan dengan melihat rakyatnya bersuka ria karena terlepas dari belenggu pemiskinan.

DAFTAR PUSTAKA

Firdaus Cahyadi, Knowledge Sharing Officer for Sustainable Development, OneWorld-Indonesia. [Bisnis Indonesia] Tags: Bisnis Indonesia, Firdaus Cahyadi, kenaikan harga BBM

Filed under Blog by Prawira Spread the word

del.icio.us Digg Furl Ma.gnolia StumbleUpon Technorati Yahoo!  Permalink • Print • Email • Comment Trackback uri

http://g1s.org/blog/peran-bank-dunia-dalam-kenaikan-harga-bbm-di-indonesia-879/trackback/

Copyright 2008 Indonesia Berpikir|Contact|Privacy Policy

TEORI TEORI MOTIVASI

TEORI TEORI MOTIVASI

Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan hidup. Dengan kata lain motivasi adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu tujuan. Seseorang yang mempunyai motivasi berarti ia telah mempunyai kekuatan untuk memperoleh kesuksesan dalam kehidupan..

Motivasi dapat berupa motivasi intrinsic dan ekstrinsic. Motivasi yang bersifat intinsik adalah manakala sifat pekerjaan itu sendiri yang membuat seorang termotivasi, orang tersebut mendapat kepuasan dengan melakukan pekerjaan tersebut bukan karena rangsangan lain seperti status ataupun uang atau bisa juga dikatakan seorang melakukan hobbynya. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah manakala elemen elemen diluar pekerjaan yang melekat di pekerjaan tersebut menjadi faktor utama yang membuat seorang termotivasi seperti status ataupun kompensasi.

Banyak teori motivasi yang dikemukakan oleh para ahli yang dimaksudkan untuk memberikan uraian yang menuju pada apa sebenarnya manusia dan manusia akan dapat menjadi seperti apa. Landy dan Becker membuat pengelompokan pendekatan teori motivasi ini menjadi 5 kategori yaitu teori kebutuhan,teori penguatan,teori keadilan,teori harapan,teori penetapan sasaran.

 

A. TEORI MOTIVASI ABRAHAM MASLOW (1943-1970)

Abraham Maslow (1943;1970) mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah.Lima tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih kompleks; yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting.

  • Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya)
  • Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya)
  • Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain, diterima, memiliki)
  • Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan serta pengakuan)
  • Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya)

Bila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan tersebut akan mendominasi tindakan seseorang dan motif-motif yang lebih tinggi akan menjadi kurang signifikan. Orang hanya akan mempunyai waktu dan energi untuk menekuni minat estetika dan intelektual, jika kebutuhan dasarnya sudah dapat dipenuhi dengan mudah. Karya seni dan karya ilmiah tidak akan tumbuh subur dalam masyarakat yang anggotanya masih harus bersusah payah mencari makan, perlindungan, dan rasa aman.

B. TEORI MOTIVASI HERZBERG (1966)

Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya faktorhigiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor intrinsik). Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya (faktor ekstrinsik), sedangkan faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dsb (faktor intrinsik).

C. TEORI MOTIVASI DOUGLAS McGREGOR

Mengemukakan dua pandangan manusia yaitu teori X (negative) dan teori y (positif), Menurut teori x empat pengandaian yag dipegang manajer

  1. karyawan secara inheren tertanam dalam dirinya tidak menyukai kerja
  2. karyawan tidak menyukai kerja mereka harus diawasi atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan.
  3. Karyawan akan menghindari tanggung jawab.
  4. Kebanyakan karyawan menaruh keamanan diatas semua factor yang dikaitkan dengan kerja.

Kontras dengan pandangan negative ini mengenai kodrat manusia ada empat teori Y :

  1. karyawan dapat memandang kerjasama dengan sewajarnya seperti istirahat dan bermain.
  2. Orang akan menjalankan pengarahan diri dan pengawasan diri jika mereka komit pada sasaran.
  3. Rata rata orang akan menerima tanggung jawab.
  4. Kemampuan untuk mengambil keputusan inovatif.

D. TEORI MOTIVASI VROOM (1964)

Teori dari Vroom (1964) tentang cognitive theory of motivation menjelaskan mengapa seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia yakini ia tidak dapat melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat dapat ia inginkan. Menurut Vroom, tinggi rendahnya motivasi seseorang ditentukan oleh tiga komponen, yaitu:

  • Ekspektasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas
  • Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika berhasil dalam melakukan suatu tugas (keberhasilan tugas untuk mendapatkan outcome tertentu).
  • Valensi, yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan posistif, netral, atau negatif.Motivasi tinggi jika usaha menghasilkan sesuatu yang melebihi harapanMotivasi rendah jika usahanya menghasilkan kurang dari yang diharapkan

E. Achievement TheoryTeori achievement Mc Clelland (1961),

 yang dikemukakan oleh Mc Clelland (1961), menyatakan bahwa ada tiga hal penting yang menjadi kebutuhan manusia, yaitu:

  • Need for achievement (kebutuhan akan prestasi)
  • Need for afiliation (kebutuhan akan hubungan sosial/hampir sama dengan soscialneed-nya Maslow)
  • Need for Power (dorongan untuk mengatur)

F. Clayton Alderfer ERG

 Clayton Alderfer mengetengahkan teori motivasi ERG yang didasarkan pada kebutuhan manusia akan keberadaan (exsistence), hubungan (relatedness), dan pertumbuhan (growth). Teori ini sedikit berbeda dengan teori maslow. Disini Alfeder mngemukakan bahwa jika kebutuhan yang lebih tinggi tidak atau belum dapat dipenuhi maka manusia akan kembali pada gerakk yang fleksibel dari pemenuhan kebutuhan dari waktu kewaktu dan dari situasi ke situasi.


Kekuasaan

Kekuasaan merupakan proses yang alamiah disemua kelompok atau organisasi. Meskipun anda mungkin sudah pernah mendengar ungkapan power corrupt and absolute power corrupt absolutely (kekuasaan itu korup dan kekuasaan penuh akan sepenuhnya korup). Kekuasaan sediri tidak selalu berarti buruk. Sebagaimana dinyatakan oleh seorang pengarang sebagian besar obat dapat membunuh jika dimakan dalam dosis yang salah dan ribuan orang meninggal setiap tahun akibat kecelakaan mobil tetapi kita tidak membuang bahan-bahan kimia atau mobil lantaran bahaya yang menyertainya. Kita justru menganggap bahaya itu merupakan dorongan untuk mendapatkan pelatihan dan informasi yang akan membantu menggunakan daya-daya ini secara produktif. Hal yang sama berlaku pada kekuasaan, kekuasaan adalah realitas kehidupan organisasi dan hal ini tak akan hilang. Selanjutnya dengan mempelajari bagaimana kekuasaan bekerja dalam organisasi anda akan lebih mampu menggunakan pengetahuan anda tersebut untuk membantu diri anda sendiri menjadi seorang manajer yang lebih efektif.

Defini Kekuasaan

Kekuasaan (power) mengacu pada kemampuan A untuk mempengaruhi perilaku B sehingga B bertindak sesuai dengan keinginan A. Definisi ini mengimplikasikan sebuah potensi yang tidak perlu diaktualisasikan agar efektif dan sebuah hubungan ketergantungan.

Kekuasaan  boleh saja ada tetapi tidak digunakan. Karena itu kekuasaan merupakan suatu kemampuan atau potensi. Seseorang bisa saja memiliki kekuasaan tetapi tidak menjalankannya. Barangkali aspek terpenting dari kekuasaan adalah bahwa hal ini merupakan fungsi ketergantungan (dependency). Semakin besar ketergantungan B pada A , semakin besar pula kekuasaan A dalam hubungan tersebut. Ketergantungan pada gilirannya didasarkan pada alternative-alternatife yang dipersepsi oleh B dan nilai penting yang B berikan pada alternatife-alternatife yang A kendalikan.

Membandingkan Kepemimpinan dan Kekuasaan

Apa perbedaan antara kedua istilah ini. Salah satu perbedaannya terkait dengan kesesuaian tujuan. Kekuasaan tidak mensyaratkan kesesuaian tujuan hanya ketergantungan. Sebaliknya, kepemimpinan mensyaratkan keserasian antara tujuan pemimpin dan mereka yang dipimpin. Perbedaan kedua berkaitan dengan arah pengaruh. Kepemimpinan berfokus pada pengaruh kebawah kepada para pengikut. Kepemimpinan meminimalkan pola-pola pengaruh ke samping dan ke atas. Kekuasaan tidak demikian, perbedaan lain lagi terkait dengan penekanan penelitian. Penelitian mengenai kepemimpinan, sebagian besar menekankan gaya. Penelitian tersebut mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti sberapa suportif semestinya seorang pemimpin? sampai tingkat mana proses pengambillan keputusan harus dilakukan bersama dengan para pengikut? sebaliknya mengenai kekuasaan cenderung mencakup bidang yang lebih luas dan terfokus pada taktik-taktik untuk memperoleh kepatuhan dari anak buah. Penelitian ini melampaui individu sebagai pelaksana kekuasaan karena kekuasaan dapat digunakan oleh kelompok dan juga individu untuk mengendalikan individu atau kelompok-kelompok lain.

Landasan Kekuasaan

Kekuasaan Formal

Kekuasaan formal didasarkan pada posisi seorang individu dalam sebuah organisasi. Kekuasaan formal dapat berasal dari kemampuan untuk memaksa atau member imbalan, atau dari wewenang formal.

Kekuasaan Koersif

Landasan kekuasaan koersif (coercive power) adalah rasa takut. Seseorang memberikan reaksinya terhadap kekuasaan  ini karena rasa takut terhadap akibat-akibat negative yang mungkin terjadi jika ia tidak patuh. Kekuasaan koersif mengandalkan aplikasi, atau ancaman aplikasi, sanksi fisik yang menimbilkan rasa sakit, menimbulkan frustasi melalui pembatasan gerak, atau pengendalian paksa terhadap kebutuhan dasar fisiologis atau keamanan.

Ditingkat organisasi, A memiliki kekuasaan koersif atas B jika A dapat memberhentikan, menunda, atau menurunkan pangkat B, dengan asumsi B menghargai pekerjaannya. Demikian pula, jika A dapat menugasi B dengan aktivitas kerja yang tidak menyenangkan B atau mengancam B sedemikian sehingga B dipermalukan, dapat dikatakan bahwa A memiliki kekuasaan koersif atas B. Kekuasaan koersif juga bisa diperoleh karena seseorang memegang informasi kunci. Dalam sebuah organisasi, orang yang memiliki data atau pengetahuan yang dibutuhkan orang lain dapat membuat orang lain bergantung pada mereka.

Kekuasaan Imbalan

Kebalikan dari kekuaaan koersif adalah kekuasaan imbalan (reward power). Orang memenuhi keinginan atau arahan orang lain karena, dengan berbuat demikian, ia akan mendapatkan manfaat positif; karena itu, seseorang yang dapat membagikan imbalan atau pennghargaan yang dipandang orang lain bernilai akan memiliki kekuasaan atas orang lain itu. Imbalan ini bisa bersifat financial-seperti pengendalian tingkat upah, kenaikan upah, dan bonus; atau nonfinansial-termasuk pengakuan, promosi, penugasan kerja yang menarik, kolega yang ramah, dan wilayah kerja atau wilayah penjualan yang lebih disukai.

Kekuasaan Legimitasi

Kekuasaan ini melambangkan kewenangan formal untuk mengendalikan dan memanfaatkan sumber-sumber daya organisasi.

posisi-posisi yang memiliki kewenangan mencakup kekuasaan koersif dan imbalan. Namun, kekuasaan legitimasi lebih luas daripada kekuasaan untuk memaksa  dan memberikan imbalan. Secara spesifik, kekuasaan ini mencakup penerimaan wewenang suatu jabatan oleh anggota-anggota dalam sebuah organisasi.

Kekuasaan Pribadi

Kekuasaan karena keahlian

Kekuasaan karena keahlian (expert power) adalah pengaruh yang diperoleh dari keahlian, ketrampilan khusus, atau pengetahuan. Keahlian telah menjdai salah satu sumber pengaruh yang paling kuat karena dunia semakin berorientasi pada teknologi. Karena pekerjaan semakin terspesialisasi, kita menjadi semakin bergantung kepada para ahli untuk mecapai tujuan.

Kekuasaan Rujukan.

Kekuasaan rujukan (referent power) didasarkan pada identifikasi terhadap seseorang yang memiliki sumberv daya  atau sifat-sifat personal yang menyenangkan. Jika saya menyukai, menghormati, dan mengagumi anda. Anda dapat menjalankan kekuasaan atas saya karena saya ingin menyenangkan hati anda.

Landasan Kekuasaan Manakah yang Paling efektiff?

Penelitian secara cukup jelas menunjukkan bahwa sumber-sumber kekuasaan yang bersifat pribadilah yang paling efektif. Kekuasaan karena keahlian maupun rujukan secara positif berkaitan dengan kepuasan karyawan terhadap penyeliaan, komitmen keorganisasian mereka, dan kinerja mereka, sedangkan kekuasaan imbalan dan legitimasi tampaknya tidak terkait secara langsung dengan hasil-hasil semacam ini. Disamping itu, salah satu sumber kekuasaan formal-kekuasaan koersif-malah bisa menjadi boomerang karena secara negative terkait dengan kepuasaan dan komitmen karyawan.

Ketergantungan : Kunci Menuju Kekuasaan

Postulat umum tentang ketergantungan

Mari kita mulai dengan sebuah postulat umum: Semakin besar ketergantungan B kepada A, semakin besar kekuasaan A atas B. ketika anda memiliki apapun yang dibutuhkan orang ain dan hanya anda seorang dirilah yang mengendalikannya, Anda membuat orang lain bergantung kepada anda, dank arena itu, anda berkuasa atasnya.

Apa yang Menyebabkan Ketergantungan?

Nilai Penting

Jika tak seorang pun menginginkan yang anda miliki, ketergantungan pada anda tidak akan tercipta. Karena itu, untuk menciptakan ketergantungan, hal-hal yang anda control haruslah hal-hal yang dipandang penting.

Kelangkaan

Sebagaimana dinyatakan sebelumnya, jika sesuatu itu berjumlah banyak, kepemilikaan atasnya akan meningkatkan derajat kekuasaan anda. uatu sumber daya harus dilihat sebagai sesuatu yang langka guna menciptakkan ketergantungan. Ini dapat membantu menjelaskan bagaimmana para bawahan dalam sebuah organisasi yang memiliki pengetahuan penting yang terakhir ini.

Keadaan Tak tergantikan

Semakin sedikit pengganti yang tersedia bagi suatu sumber daya, semakin besar kekuasaan yang diberikan oleh control atas sumber daya tersebut. Pendidikan yang lebih tinggi sekali lagi menyediakan contoh yang sempurna. Di universitas-universitas dimana ada tekanan yang kuat bagi tenaga pengajar untuk menerbitkan karya mereka, kita dapat mengaatakan bahwa kekuasaan seorang kepala jurusan atas seorang tenaga pengajar berkorelasi terbalik dengan banyaknya publikasi tenaga pengajar yang bersangkutan.

Taktik Kekuasaan

Penelitian telah mengidentifikasi Sembilan macam taktik pengaruh :

–          Legitimasi

Mengandalkan posisi kewenangan seseorang atau menekankan bahwa sebuah permintaan selaras dengan kebijakan atau ketentuan dalam organisasi.

–          Persuasi rasional

Menyajikan argument-argumen yang logis da berbagai bukti factual untuk memperlihatkan bahwa sebuah permintan itu masuk akal

–          Seruan inspirasional

Mengembangkan kommitmen emosional dengan cara menyerukan nilai-nilai, kebutuhaan, harapan, dan ispirasi sebuah sasaran.

–          Konsultasi

Meningkatkan motivasi dan dukungana dari pihak yang menjadi sasaran dengan cara melibatkannya dalam memutuskan bagaimana rencana atau perubahan akaan dijalankan.

–          Tukar Pendapat

Memberikan imbalan kepada target atau sasaran berupa uang atau penghargaan lain sebagai ganti karena mau menaati suatu permintaan

–          Seruan Pribadi

Meminta kepatuhan berdasarkan persahabatan atau kesetiaan

–          Menyenangkan orang lain

Menggunakan rayuan, pujian, atau perilaku bersahabat sebelum membuat permintaan.

–          Tekanan

Menggunakan peringatan, tuntutan tegas, dan ancaman

–          Koalisi

Meminta bantuan orang lain untuk membujuk sasaran (target) atau menggunakan dukungan orang lain sebaagai alas an agar si sasaran setuju.

Pengaruh ke atas Pengaruh ke bawah Pengaruh ke samping
Persuasi rasional Persuasi rasional

Seruan inspirasional

Tekanan

Konsultasi

Menyenangkan orang lain

Tukar pendapat

Legitimasi

Persuasi rasional

Konsultasi

Menyenangkan orang lain

Tukar pendapat

Legitimasi

Seruan pribadi

Koalisi

Kekuasaan dalam Kelompok : Koalisi

Koalisi (coalition) adalah suatu kelompok informal yang diikat oleh satu isu perjuangan uang sama.

Prediksi apa yang dapat kita buat mengenai pembentukan koalisi?

pertama, koalisi dalam organisasi sering kali berupaya memperbesar ukuran mereka sampai maksimal. Dalam teori ilmu politik, koalisi bekerja secara lain- mereka mencoba meminimalkan ukuran. Mereka cenderung puas dengan ukuraan yang secukupnya asalkan dapat menjalankan kekuasaan yang diperlukan guna mencapai sasaran mereka.

Prediksi lain mengenai koalisi berkaitan dengan kadar kesalingtergantungan di dalam organisasi. Lebih banyak koalisi yanag bisa tercipta bilaman terdapat banyak ketergantungan tugas dan sumber daya.

Terakhir, pembentukan koalissi akan dipengaruhi oleh tugas-tugas actual yang dijalankan oleh para pekerja. Semakin rutin tugas sebuah kelompok, semakin besar kemungkinan akan terbentuk koalisi. Semakin rutin peekerjaan yang orang lakukan, semakin besar ketergantungan mereka.

Pelecehan Seksual : Ketidakseimbangan Kekuasaan di Tempat Kerja

Pelecehan seksual (sexual harassment) didefinisikan sebagai segala aktivitas bersifat seksual yang tidak diinginkan dan memengaruhi pekerjaan seorang individu, serta menciptakan suasana kerja yang tidak nyaman. Ini mencakup sentuhan fisik yang tak diinginkan, permintaan kencan yang berulang sementara orang yang diajak jelas-jelas tidak berminat, dan ancaman disertai kekerasan bahwa seseorang akan kehilangan pekerjaan jika ia menolak ajakan berhubungan seks. Masalah-masalah tersebut kini bisa muncul dalam bentuk pelecehan seks yang lebih samar-pandangan atau komentar yang tak senonoh, lelucon yang jorok, barang-barang seks seperti gambar berbau seks yang ditempel di tempat kerja, atau salah tafsir dimana batas antara “berteman” mengabur dan “pelecehan” dimulai.

Sebuah studi baru-baru ini menyimpulkan bahwa 58 persen kaum perempuan melaporkan telah mengalami perilaku yang berpotensi dianggap sebagai pelecehan dan 24 persen melaporkan telah mengalami pelecehan seksual ditempat kerja.

Pelecehean seksual adalah masalah kekuasaan, yaitu seorang individu mencoba mengendalikan atau mengancam individu lainnya. Tindakan ini salah. dan berbuat tidak senonoh terhadap perempuan atau laki-laki manapun menyalahi hokum. Namun anda dapat memahami bagaimana pelecehan seksual muncul ke permukaan dalam organisasi jika anda menganalisisnya dalam bingkai kekuasaan telah dijelaskan.

Bagaimana pelecehan seksual dapat menyebabkan kehancuran sebuah organisasi, tetapi tindakan ini sebenarnya dapat dihindari. Peran seorang manajer dalam mencegah pelecehan seksual sangat penting. Beberapa cara agar para manajer dapat melindungi diri mereka sendiri dan karyawan mereka dari pelecehan seksual adalah sebagai berikut :

  1. Pastikan adanya sebuah kebijakan yang dengan tepat mendefinisikan hal-hal yang merupakan pelecehan seksual, yang member tahu karyawan bahwa mereka dapat dipecat karena melakukan pelecehan seksual semacam itu kepada karyawan lain, dan yang menetapkan prosedur untuk menyampaikan keluhan.
  2. Yakinkan karyawan bahwa mereka tidak akan menghadapai balasan jika mereka menyampaikan keluhan mereka.
  3. Selidiki setiap keluhan dan ikut sertakan divisi legal dan sumber daya manusia perusahaan.
  4. Pastikan bahwa pelakunyaa terkena sanksi aatau diberhentikan
  5. Adakan seminar internal untuk membangkitkan kesadaran karyawan akan isu-isu seputar pelecehan seksual.

 

14 Prinsip-Prinsip Manajemen

14 Prinsip-Prinsip Manajemen

Henry Fayol

Ke-14 Prinsip-Prinsip Manajemen dari Henri Fayol (1841-1925) adalah:

  1. Divisi Kerja. Spesialisasi memungkinkan individu untuk membangun pengalaman dan untuk terus meningkatkan keahliannya. Dengan demikian individu tersebut dapat menjadi lebih produktif.
  2. Otoritas. Hak untuk mengeluarkan perintah, namun harus dengan tanggung jawab yang seimbang sesuai fungsinya.
  3. Disiplin. Karyawan harus mematuhi peraturan atau memiliki disiplin, tetapi ini memiliki dua sisi: karyawan hanya akan mematuhi perintah jika manajemen memainkan peran mereka dengan memberikan teladan kepemimpinan yang baik.
  4. Kesatuan Komando. Setiap pekerja harus mempunyai satu bos tanpa ada komando lain yang bertentangan.
  5. Kesatuan Visi. Orang-orang yang terlibat dalam kegiatan serupa harus memiliki tujuan yang sama dalam satu rencana. Hal ini penting untuk menjamin kesatuan dan koordinasi dalam perusahaan. Kesatuan komando tidak akan ada tanpa persamaan visi, tetapi hal ini tidak berarti harus sejalan dengan visi itu sendiri.
  6. Subordinasi kepentingan individu (demi kepentingan umum). Manajemen harus melihat bahwa tujuan dari perusahaan selalu penting.
  7. Remunerasi. Pembayaran/upah adalah motivator penting walaupun dengan menganalisis beberapa kemungkinan, Fayol menunjukkan bahwa tidak ada yang namanya sistem yang sempurna.
  8. Sentralisasi (atau Desentralisasi). Ini adalah masalah yang tergantung pada kondisi bisnis dan kualitas personel.
  9. Rantai skalar (Garis Otoritas). Sebuah hierarki diperlukan untuk kesatuan arah. Tapi komunikasi lateral juga merupakan hal mendasar yang diperlukan, selama atasan tahu bahwa komunikasi tersebut berlangsung. Rantai skalar mengacu pada jumlah tingkatan dalam hirarki dari otoritas tertinggi hingga tingkat terendah dalam sebuah organisasi. Garis Otoritas ini sendiri tidak boleh terlalu jauh jaraknya atau terdiri dari terlalu banyak tingkatan otoritas.
  10. Tatanan. Baik tatanan material dan tatanan sosial sama-sama diperlukan. Tatanan fisik/material akan meminimalkan waktu yang hilang dan penanganan bahan yang tidak berguna. Tatanan sosial dilakukan melalui organisasi dan seleksi.
  11. Ekuitas. Dalam menjalankan bisnis ‘kombinasi dari kebaikan dan keadilan’ mutlak diperlukan. Memperlakukan karyawan dengan baik adalah penting untuk mencapai ekuitas.
  12. Stabilitas Jenjang Karir Personel. Karyawan akan bekerja lebih baik jika keamanan pekerjaan dan kemajuan karir merupakan jaminan yang meyakinkan mereka. Jabatan yang tidak aman dan tingkat tinggi perputaran karyawan akan mempengaruhi organisasi secara keseluruhan.
  13. Inisiatif. Membiarkan seluruh personel untuk menunjukkan inisiatif mereka dalam berbagai cara adalah sumber kekuatan bagi organisasi. Meskipun mungkin juga melibatkan pengorbanan ‘kesombongan pribadi’ pada bagian dari banyak diri manajer.
  14. Esprit de Corps. Manajemen harus menumbuhkan semangat karyawannya. Dia lebih lanjut menyatakan bahwa: “bakat diperlukan untuk mengkoordinasikan usaha, mendorong ketajaman, mendayagunakan kemampuan masing-masing orang, dan imbalan jasa masing-masing yang mungkin tanpa menimbulkan kecemburuan dan mengganggu hubungan harmonis.”